Peranakan Tionghua di Belitung
Seringkali kita mendengar istilah ‘Peranakan Tionghoa’ di Belitong, tapi bisa jadi kita tak pernah mengerti maksudnya. Berikut saya ceritakan sedikit sejarahnya biar kita bisa lebih paham mengenai saudara kita ini (Peranakan Tionghoa, Red).
Mengutip beberapa referensi dari buku Geddenbook diketahui pada abad XIX atau tahun 1800-an, masyarakat yang mendiami Belitung ini terdiri dari beberapa kelompok, diantaranya; urang lokal yakni urang darat dan urang sekah (sekak), pendatang tionghoa, melayu, dll.
Kembali pada Peranakan Tionghoa. Generasi pertama Peranakan Tionghoa dan berikutnya adalah buah perkawinan antara pekerja tambang timah yang dibawa Belanda ke Belitung (sering disebut dengan cina kuncit) dengan wanita-wanita yang didatangkan dari Jawa.
Oleh karena pihak laki-laki (pekerja tambang) tetap mempertahankan adat tradisi mereka termasuk kepercayaan atas tuhan (thian), maka sampai sekarang sebagian besar masih beragama Budha dan Kong Hu Cu. Kemudian pada generasi berikutnya mereka mulai memeluk agama Islam dan Kristen, serta mulai berasimilasi melalui perkawinan dengan penduduk lokal.
Jadi, Peranakan Tionghoa pada generasi kedua dan seterusnya bukanlah Orang China, tetapi Indonesia dengan indentitas etnic keturunan Peranakan Tionghoa. Kedatangan Orang China ke Belitong menurut beberapa ahli terjadi pada beberapa priode. Paling tidak, dari bukti tulisan dan keramik-keramik yang ada, kedatangan orang dari daratan China sekitar tahun 1200-an atau abad Ke-13 jaman Kubilai Khan.
Gelombang besar kedatangan Orang China ke Belitong adalah ketika Belanda membawa mereka untuk bekerja sebagai penambang timah dan teknisi tambang.
Jadi Peranakan Tionghoa adalah juga saudara kita, bahkan mungkin adalah istri/suami kita dan mereka adalah Warga Negara Indonesia. Suatu saat mungkin orang akan lupa dengan siapa mereka, asimilasi budaya memang butuh waktu.
Eksistensi Peranakan Tionghoa di Belitong
Kita ingat beberapa tokoh Belitung seperti Basuki Tjahja Purnama atau yang sangat kita kenal dengan panggilan Ahok, tahu Basuri (Adik Ahok, Red), serta mengenal Isyak Meirobi (Wakil Bupati Belitung Red), ini adalah generasi-generasi keempat atau mungkin kelima dari Peranakan China di Belitung. Mereka telah menunjukan eksistensi mereka dalam membangun Belitung, terlepas dari penilaian buruk baiknya individu. Paling tidak, mereka telah diberi kepercayaan dalam pemerintahan. Tidak cukup hanya itu, di bidang pelayanan masyarakat terutama bidang kesehatan kita banyak tahu dengan dr. Wira, dr Yustinus, dr Daniel , dan masih banyak lagi.